Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Jumat, 06 Juni 2008

Hari Sial??

Dear Blogers

Hari sial, apakah kamu percaya dengan adanya hari sial atau klo kita pake bahasa dari koran-koran ato infotainmant kriminal ditipi hari naas, nah menurut kamu ada ga se yang namanya hari sial? suatu hari pada waktu di SMP dulu, aku pernah ngalamin sesuatu yang bisa disebut dengan hari sial..yah hari itu aku males bwt aku untuk berangkat kesekolah, tapi karena aku ni anaknya baek2 jadi dengan sangat berberat hati aku berangkat juga kesekolah (sebenrnya karena selain aku dah kelas 3 aku juga dah puas bolos dikelas2 hehehe..) seperti biasa aku berangkat dari rumah kedepan perumahanku untuk nyari angkot, karena aku aku lagi males2an jadi aku jalan dengan gontai, seperti tidak ada semangat untuk hidup,seperti ketika nasi pecel sudah gaenak lagi, seperti ketika tidak ada lagi siaran kartun di tipi tiap hari minggu, dan seperti...pokoknya yang ga enak2 gitu lah.

Sampe depan perumahan aku mulai menunggu dengan cool menanti angkot (skalian TP2 ma ana2 SMP tetangga hehehe) angkot pertama lewat, tapi penuh, masi tetap dengan cool aku nunggu angkot yang ke2 penuh, aku mulai garuk2 kepala, angkot ke3 lewat malah sampe ada yang nggandol2 (berdiri di depan pintu angkot layaknya kernet nyari penumpang "Joyoboyo2 Wonokromo2 tareekkk..", red) aku mulai menggeliat2 kaya cacing disate sudah mulai parno2, dan akhirnya dengan doa, dzikir, shalawat aku naik angkot yang ke 7 itupun nggandol. Hiks2..masa cwo yang sering dikira titisanya pangeran William abad ka 18 naek angkot nggandol, tapi demi menuntut ilmu aku singkirkan egoku, dengan tetep cool aku berdiri nggandol didepan pintu, aku berpikir "pasti ada yang turun bentar lagi" tapi takdir berkata laen, sampe komplek SMPku ga ada satupun penumpang yang turun, alhasil, aku sampe kesekolah dengan mata sipit2 karena banyak kelilipan, dan rambut mirip Songoku super saiya. Ga cuma itu, sampe kedepan gerbang SMPku, aku merasakan hal yang aneh, gerbang yang biasanya ketika aku datang terbuka dengan indahnya seolah berkata "selamat datang mas Riyan", tapi hari ini aku melihat gerbang itu dalam keadaan sudah tertutup seolah dengan tertawa penuh kemenangan, bilang "kasiaaan deh lo.." aku sadar ternyata aku sudah TELAAATT!!

Sempet berpikir untuk pulang, tapi ketika aku membayangkan betapa keras perjuanganku untuk sampe kesini aku mulai berpikir untuk mencari “jalan lain”, dengan berjalan jinjit, tengok kanan-kiri langsung kupanjat pagar tembok SMPku, dengan keahlianku sebagai mantan juara panjat tebing seKutub Utara, dalam waktu beberapa detik aku sudah melompati pagar SMPku yang konon sama kuatnya dengan tembok Cina, cuma lebih pendekan (seleherku). Tetap berjalan jinjit aku berjalan menyusuri koridor belakang kelas dan menuju kelasku. Aku intip dikit, ternyata yang mengajar saat itu bu.Bunga (nama samaran) guru Matematikaku yang terkenal sadis bin gokil.Terpaksa aku ngumpet diWC nungguin jam pelajaran pertama berakhir. Bagus, sekarang ga cuma tampangku yang memprihatinkan, baukupun jadi bau toilet. Ancur sudah imageku sebagai titisan pangeran William abad ke 18 di mata orang-orang.

AKhirnya jam pertama usai, tiba pelajaran favoritku yaitu olah raga, bel tanda pelajaran berakhir aku langsung mengganti seragamku yang baunya mirip Bantar Gebang (Tempat pembuangan Akhir terbesar dikawasan Jakarta, red) dengan baju olah raga. Waktu itu guru olah raga kami sedang tidak hadir, maka anak-anakpun menghabiskan jam olah raga dengan olah raga bebas, dan ketika olah raga bebas itu aku tentu selalu menghabiskan untik main basket, dengan tampang nafsu bak babi ngepet aku lari mengejar temanku dan minta untuk segera diberi bola, temenku yang kyanya ketakutan liat babi ngepet lari minta bola, langsung dilempar aja tu bola kearahku, dengan tampang cool aku menyiapkan tanganku ke udara untuk menangkap bola, entah sengaja ato nda bola yang dilempar mendarat persis di ibujariku, karuan saja langsung terdengar bunyi, “tuk” dan babi negepet yang nafsu (aku ,red) minta bola tadi lari-lari megang ibu jari. Dan pada hari itu aku melanjutkan pelajaran dengan ibu jari segede kentang.